Oleh: Bayujati Prakoso[1]
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang arah gerakannya
memiliki ciri khas yang khusus dibandingkan dengan organisasi lain dan tentu
saja Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah salah satu wadah bagi Mahasiswa yang
ingin mengembangkan bakat dan minatnya, dan juga sebagai wadah untuk melatih
kepemimpinan. Ikatan mahasiswa Muhammadiyah selalu berpijak pada sebuah sejarah
yang membuat IMM ini lahir, sebuah sejarah yang seharusnya selalu menjadi
cambuk ketika para kader Ikatan sudah mulai kehilangan kepeloporannya. Sebuah
identitas yang bisa membedakan IMM dari organisasi-organisasi lain di saat
organisasi-organisasi kepemudaan yang lain mulai terperosok pada jerat
kekuasaan dan politik praktis, IMM tetap bersih dan selalu berusaha bersih.
Jika melihat para founding father IMM sudah meletakkan
dasar landasan pemikiran IMM yaitu landasan ideologis IMM yang mana ini sebagai
kita generasi IMM untuk mempelajari, mempertahankan dan mengimplementasikan-nya
dalam bentuk loyalitas dan militansi seorang kader IMM. Jika seorang kader IMM
kurang memahami akan hal tersebut. Kurangnya kepekaan terhadap pemahaman
mendasar sekalipun dalam ber-IMM. Jelas, seperti yang diungkapkan oleh
Amirullah (2016), “dalam menafsirkan identitas gerakan kemanusiaan IMM, paling
tidak menurut hemat penulis harus memuat dua hal; Pertama, Kader
IMM harus secara total tampil sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan
wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul, dan bisa menjadi
contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala
aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi,
aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat
dengan paradigma keramahan, kesantunan, toleransi, peduli, tolong menolong, dan
menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan jenis
kelamin, kelas sosial, ras, suku dan agama tertentu. Hal ini tidak saja sekedar
menjadi sebuah paradigma, tapi memang harus betul-betul menjadi kesadaran
kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan proses internalisasi, ideologisasi, dan
dinamisasi nilai-nilai ini dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa mungkin ini
menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology, and IMM Identity yang
harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi kader Ikatan. Kedua, IMM
merupakan model gerakan mahasiswa Islam yang inklusif-moderat. Semangat tajdid,
keterbukaan, kebersamaan dengan kelompok lain, dan pikiran-pikiran
kontekstual-berkemajuan merupakan spirit fundamental bagi gerakan kader IMM.”
(Amirullah, 2016: 90-93)
Tidak bisa dipungkiri jika Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dalam pergerakan, pemahaman ideologi dan gerakan oleh
kader-kader IMM saat ini cenderung tidak sedikit erlihat pasif. Apakah adanya
efek modernitas, apatis atau hedonisme? Yang jelas membuat kader-kader IMM ini
seolah kurang memahami sebuah landasan filosofis IMM itu sendiri. Padahal
sejatinya, seorang kader yang mana akan menjadi seorang pemimpin ummat dan
memiliki militansi yang tinggi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi agent of change atau pembawa perubahan
dan juga harus mampu menjadi lokomotif of
change atau penggerak perubahan.
Lebih jauh, Farid Fathoni (1990:
103) menyebut, adapun maksud secara umum didirikannya Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah antara lain adalah sebagai berikut: Turut memelihara martabat dan
membela kejayaan Bangsa, menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sebagai
upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan, cita-cita pendirian Muhammadiyah
sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah, dan
membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan
bangsa, ummat, dan persyarikatan.
Terakhir, perlunya sebuah pemahaman
dan penguatan jati diri ikatan yakni salahsatu aspek pentingnya dengan
penguatan pemahaman ideologis & gerakan IMM oleh kader-kader IMM. Seorang
kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan perlunya mengetahui,
mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Atas dasar itu, sebagai wujud kontribusi nyata ini penulis sampaikan sebuah
gagasan yang reflektif-informatif juga menampilakn gagasan segar untuk dapat
dikonsumsi kader IMM se-Indonesia. Selain itu, sebagai bahan referensi dan
sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu membangun untuk kader-kader IMM
khususnya dalam meningkatkan khazanah keilmuan, serta pemahaman akan ke-IMM-an.
Melihat ini sebuah bentuk kepedulian untuk ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian apa yang di hadapi IMM dan Indonesia. Wallahu a'lam bishawab.
Referensi:
Amirullah.
2016. IMM Untuk Kemanusiaan: Dari Nalar
ke Aksi. Jakarta: CV. Mediatama Indonesia.
[1] Ketua
Bidang Riset
dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jakarta Selatan 2018-2019, Koordinator Divisi
Pengembangan Korps Instruktur Cabang IMM Jakarta Selatan
