Senin, 21 Januari 2019

Melihat Kembali Identitas IMM



Oleh: Bayujati Prakoso[1]

            Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang arah gerakannya memiliki ciri khas yang khusus dibandingkan dengan organisasi lain dan tentu saja Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah salah satu wadah bagi Mahasiswa yang ingin mengembangkan bakat dan minatnya, dan juga sebagai wadah untuk melatih kepemimpinan. Ikatan mahasiswa Muhammadiyah selalu berpijak pada sebuah sejarah yang membuat IMM ini lahir, sebuah sejarah yang seharusnya selalu menjadi cambuk ketika para kader Ikatan sudah mulai kehilangan kepeloporannya. Sebuah identitas yang bisa membedakan IMM dari organisasi-organisasi lain di saat organisasi-organisasi kepemudaan yang lain mulai terperosok pada jerat kekuasaan dan politik praktis, IMM tetap bersih dan selalu berusaha bersih.
            Jika melihat para founding father IMM sudah meletakkan dasar landasan pemikiran IMM yaitu landasan ideologis IMM yang mana ini sebagai kita generasi IMM untuk mempelajari, mempertahankan dan mengimplementasikan-nya dalam bentuk loyalitas dan militansi seorang kader IMM. Jika seorang kader IMM kurang memahami akan hal tersebut. Kurangnya kepekaan terhadap pemahaman mendasar sekalipun dalam ber-IMM. Jelas, seperti yang diungkapkan oleh Amirullah (2016), “dalam menafsirkan identitas gerakan kemanusiaan IMM, paling tidak menurut hemat penulis harus memuat dua hal; Pertama, Kader IMM harus secara total tampil sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul, dan bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat dengan paradigma keramahan, kesantunan, toleransi, peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, kelas sosial, ras, suku dan agama tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah paradigma, tapi memang harus betul-betul menjadi kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai-nilai ini dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology, and IMM Identity yang harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi kader Ikatan. Kedua, IMM merupakan model gerakan mahasiswa Islam yang inklusif-moderat. Semangat tajdid, keterbukaan, kebersamaan dengan kelompok lain, dan pikiran-pikiran kontekstual-berkemajuan merupakan spirit fundamental bagi gerakan kader IMM.” (Amirullah, 2016: 90-93)
            Tidak bisa dipungkiri jika Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam pergerakan, pemahaman ideologi dan gerakan oleh kader-kader IMM saat ini cenderung tidak sedikit erlihat pasif. Apakah adanya efek modernitas, apatis atau hedonisme? Yang jelas membuat kader-kader IMM ini seolah kurang memahami sebuah landasan filosofis IMM itu sendiri. Padahal sejatinya, seorang kader yang mana akan menjadi seorang pemimpin ummat dan memiliki militansi yang tinggi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi agent of change atau pembawa perubahan dan juga harus mampu menjadi lokomotif of change atau penggerak perubahan.
            Lebih jauh, Farid Fathoni (1990: 103) menyebut, adapun maksud secara umum didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adalah sebagai berikut: Turut memelihara martabat dan membela kejayaan Bangsa, menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan, cita-cita pendirian Muhammadiyah sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah, dan membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan.
            Terakhir, perlunya sebuah pemahaman dan penguatan jati diri ikatan yakni salahsatu aspek pentingnya dengan penguatan pemahaman ideologis & gerakan IMM oleh kader-kader IMM. Seorang kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar itu, sebagai wujud kontribusi nyata ini penulis sampaikan sebuah gagasan yang reflektif-informatif juga menampilakn gagasan segar untuk dapat dikonsumsi kader IMM se-Indonesia. Selain itu, sebagai bahan referensi dan sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu membangun untuk kader-kader IMM khususnya dalam meningkatkan khazanah keilmuan, serta pemahaman akan ke-IMM-an. Melihat ini sebuah bentuk kepedulian untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian apa yang di hadapi IMM dan Indonesia. Wallahu a'lam bishawab.
Referensi:
Amirullah. 2016. IMM Untuk Kemanusiaan: Dari Nalar ke Aksi. Jakarta: CV. Mediatama Indonesia.


[1] Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jakarta Selatan 2018-2019, Koordinator Divisi Pengembangan Korps Instruktur Cabang IMM Jakarta Selatan

0 komentar:

Posting Komentar